Nasi Padang dan Warung Tegal (Warteg), keduanya menjadi makanan paling banyak dicari baik karyawan maupun mahasiswa. Tidak heran juga di Jakarta, hampir di setiap sudut jalan maupun tempat terdapat Warung Nasi Padang maupun Warteg. Keduanya mempunyai konsumen yang loyal, maksudnya hampir tiap hari terus makan Nasi Padang maupun makan di Warteg. Selain itu tentunya juga mempunyai konsumen yang berpindah, kadang-kadang di Nasi Padang kadang-kadang di Warteg.
Ada perbedaan mendasar antara keduanya yang sering dialami dan ditemui sehari-hari:
1. Sambutan Pertama
Saat pembeli masuk ke Warteg, biasanya penjual bertanya: ‘mau makan?’ Pertanyaan penjual ini sebenarnya bisa saja dijawab: tidak. Namun penulis yakin yang datang ke Warteg tentunya ingin makan, bukan sekedar duduk, atau numpang nonton. Setelah itu baru dilanjutkan: ‘bungkus atau makan di sini’, ‘lauknya apa’, dan seterusnya.
Berbeda dengan Nasi Padang, saat pembeli baru masuk, penjualnya langsung bilang: ‘mau makan pakai apa’ atau ‘bungkus atau di sini’, dan seterusnya
Berbeda dengan Nasi Padang, saat pembeli baru masuk, penjualnya langsung bilang: ‘mau makan pakai apa’ atau ‘bungkus atau di sini’, dan seterusnya
2. Menu Makanan
Jika berbelanja di Warteg, pembeli menyebutkan satu persatu menu yang diinginkan. Termasuk hal yang kecil misalnya ingin kuah atau sambal.
Di Nasi Padang, sebenarnya cukup menyebutkan menu utamanya saja. Sambal, kuah, sayur (otomatis) sudah termasuk dalam hidangan
Di Nasi Padang, sebenarnya cukup menyebutkan menu utamanya saja. Sambal, kuah, sayur (otomatis) sudah termasuk dalam hidangan
3. Karyawan
Karyawan
Warteg umumnya lebih banyak wanita. Menurut ilmu marketing, wanita senang dilayani wanita, apalagi kalau laki-laki :).
Karyawan di Rumah Makan Padang umumnya laki-laki. Biasanya dilengkapi keterampilan membawa banyak menu makanan.
Karyawan di Rumah Makan Padang umumnya laki-laki. Biasanya dilengkapi keterampilan membawa banyak menu makanan.
4. Fisik Rumah Makan
Di Rumah Makan Padang baik yang besar ataupun yang kecil umunya ada westafel untuk mencuci tangan. Ini berhubungan dengan kebiasaan orang Minang yang makan langsung pakai tangan. Walaupun dikasih kobokan tangan, tetapi westafelnya tetap ada.
Berbeda memang dengan di Warteg.
Sebenarnya masih ada perbedaan lainnya. Kalau harga dan rasa, tidak perlu dijelaskan lagi. Semoga bermanfaat :)
Berbeda memang dengan di Warteg.
Sebenarnya masih ada perbedaan lainnya. Kalau harga dan rasa, tidak perlu dijelaskan lagi. Semoga bermanfaat :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar